monkey d luffy

monkey d luffy

Selasa, 09 Desember 2014

Eksistensi Muhammadiyah

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Salah satu organisasi sosial keagamaan terbesar dan terkuat di Indonesia adalah Muhammadiyah. Organisasi ini berdiri pada 18 November 1912 di Yogyakarta yang diprakarsai oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan. Muhammadiyah lahir di tengah-tengah kebudayaan Jawa yang sangat sinkretik, karena tempat kelahirannya Yogyakarta adalah pusat peradaban Jawa. Berdirinya organisasi Muhammadiyah tidak mendapat tantangan dari pemerintah Belanda maupun keraton Yogyakarta karena terlihat non politis sehingga dianggap organisasi agamis Muhammadiyah tidak dianggap berbahaya oleh kolonial.

Berdirinya Muhammadiyah tidak terlepas dari konteks sosio-politik maupun ekonomi yang ada pada masa itu, di mana masyarakat Indonesia hidup dalam himpitan penjajahan, penindasan, kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Meskipun berdirinya organisasi ini dilingkupi oleh suasana sosial-politik yang menindas, namun Muhammadiyah tampil dengan wajah sejuk serta tidak mau melakukan perlawanan secara frontal.

Muhammadiyah dikatakan sebagai lembaga pembaharu, karena organisasi ini mempunyai keinginan yang kuat untuk memperbaharui pola pemahaman serta praktek keagamaan umat Islam Indonesia yang masih bercampur dengan budaya lokal yang masih berbau sinkretis. Selain itu, Muhammadiyah jugs ingin mengubah proses pemahaman Islam yang bersifat mistik dan parsial, menuju pola pemahaman yang rasional dan holistik. Menurut Muhammadiyah, umat Islam seharusnya menggunakan logika untuk mempelajari Islam serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, karena tanpa itu, umat Islam tidak akan mampu menjawab tantangan zaman serta memperbaiki kehidupannya. Islam menurut Muhammadiyah harus dapat menjawab tantangan sosial, politik maupun ekonomi, karena semuanya telah tersedia dalam al­Qur'an dan Hadis.

Zaman boleh berubah dan kepengurusan boleh berganti, namun spirit gerakan Muhammadiyah yang menitikberatkan pada pencerahan dan pencerdasan umat Islam tidak akan lekang oleh zaman dan waktu. Berdirinya ribuan lembaga pendidikan serta masih kokohnya ratusan rumah sakit di seluruh Indonesia adalah bukti. Agar Muhammadiyah tetap eksis, maka dibutuhkan ijtihad secara terus-menerus agar spirit gerakan Muhammadiyah tidak ketinggalan zaman, selalu kontekstual dan bermanfaat bagi umat.



2. Rumusan Masalah

Mengapa Muhammadiyah tetap eksis sampai sekarang?


3. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana Organisasi Muhammadiyah tetap eksis sampai sekarang dan tidak terpengaruh perubahan zaman


BAB II
PEMBAHASAN

1. Muhammadiyah Organisasi Pembaharuan dan Pemurnian Islam

Fokus perhatian Muhammadiyah lebih tertuju kepada usaha pencerahan dan pencerdasan umat, suatu strategi sosio-budaya yang berdampak sangat jauh dalam arti yang sangat positif. Fokus perhatiannya dipusatkan pada transformasi mental, sosial dan budaya.

Pilihan Muhammadiyah untuk bersifat transformative terhadap situasi dan kondisi sosio-politik tidak bisa dilepaskan dari sosok pendirinya, Kyai Ahmad Dahlan yang sangat cerdas, cinta damai dan merakyat. Menurut Djarnawi Hadikusumo "Menilik segala tindakan dan aural yang telah dikerjakan oleh K.H.A. Dahlan dengan Muham­madiyahnya dapat dikatakan sebagai orang yang menganut jalan yang telah ditempuh oleh Muhammad 'Abduh." Zaman boleh berubah dan kepengurusan boleh berganti, namun spirit gerakan Muhammadiyah yang menitikberatkan pada pencerahan dan pencerdasan umat Islam tidak akan lekang oleh zaman dan waktu.

Berdirinya ribuan lembaga pendidikan serta masih kokohnya ratusan rumah sakit di seluruh Indonesia adalah bukti. Agar Muhammadiyah tetap eksis, maka dibutuhkan ijtihad secara terus-menerus agar spirit gerakan Muhammadiyah tidak ketinggalan zaman, selalu kontekstual dan bermanfaat bagi umat.

Diakui ataupun tidak, suara pembaharuan dan pemurnian Islam yang dikumandangkan oleh Muhammadiyah telah menggema hampir ke seluruh penjuru Nusantara sehingga mampu memberikan warna tersendiri bagi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Muhammadiyah mencoba mengejawantahkan nilai-nilai syari'at ke dalam kehidupan rill umat dalam semua lini kehidupan.

Muhammadiyah mencoba mendobrak pola pemahaman Islam lama yang hanya bersifat "kosmosentris"(akhirat) tetapi menafikan kosmis(dunia) sehingga kehidupan umat Islam menjadi terbelakang, miskin dan tertindas. Pola pemahaman agama yang hanya kosmosentris tidak boleh terjadi di kalangan umat Islam, karena Islam adalah agama yang menitikberatkan pads keseimbangan. Tujuan diturunkannya syari'at adalah untuk menegakkan nilai keadilan, mengangkat harkat dan martabat kaum miskin dan tertindas, kemaslahatan seluruh alam serta untuk mencapai kebahagiaan hakiki di dunia maupun di akhirat.

Pendiri Muhammadiyah sadar bahwa Islam diturunkan oleh Allah bersifat kaffah, lengkap dan penuh keseimbangan, sehingga nilai-nilainya harus ditranformasikan ke dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk sosial, politik dan ekonomi. Islam tidak hanya mernuat persoalan ibadah, tetapi juga mu'amalah dan akhlak. Islam menuntut agar orang yang mengaku sebagai muslim sejati mampu menjalankan seluruh aturan yang ada dalam al-Qur'an dan Hadis(syari'at) tanpa berat sebelah.

Pola pemahaman seperti inilah yang kemudian melahirkan seruan untuk kembali kepada al-Qur'an dan Hadis sebagai jargon Muhammadiyah. Menurut Muhammadiyah, kemiskinan, kemelaratan, keterbelakangan, ketertindasan dan ketidakberdayaan umat Islam selama ini lebih disebabkan karena mereka tidak mampu menangkap secara tepat/benar nilai-nilai yang ada dalam syari'at. Dalam syari'at terdapat nilai-nilai fundamental yang bisa dikembangkan untuk mengatasi berbagai macam problema sosio-politik dan ekonomi.

Pemikiran kaum Islam tradisionalis hanya mengeramatkan AI-Qur'an tanpa mencoba untuk membedah substansinya, apalagi mengaplikasikannya dalam kehidupan, sehingga mereka terjerumus ke dalam kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan den penindasan. Pole pengeramatan AI-Qur'an yang dilakukan oleh sebagian umat Islam Indonesia tersebut berakibat pada kemunduran peradaban umat Islam Indonesia itu sendiri, karena al­Qur'an tidak dijadikan petunjuk moral untuk mengubah peradaban dari keterbelakangan menuju kepada pencerahan.

Hal ini tentu berbeda dengan pole pemahaman orang Muhammadiyah pada umumnya yang ingin membumikan nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan riil. Islam, menurut Muhammadiyah, tidak hanya berorientasi "langitsentris" tetapi jugs harus "bumisentris", artinya Islam tidak boleh hanya dimaknai secara melangit (mengawang-awang), tetapi juga membumi (bermanfaat bagi kehidupan manusia di muka bumi). Banyak sekali problem umat Islam terjadi di bumi yang membutuhkan pemecahan dari AI-Qur'an den Hadis, karena keduanya adalah sumber hukum Islam yang bersifat otoritatif, sempurna den kaffah. Sifat otoritatif, mutlak kebenarannya serta hanya memuat nilai­nilai universal syari'at inilah yang membuat boleh diijtihadi ulang agar tidak ketinggalan zaman. Jika umat Islam tidak mampu menangkap substansi ajarannya dengan baik, sedangkan peradaban manusia semakin hari semakin berkembang sehingga menyebabkan semakin kompleksnya persoalan hidup yang dihadapi oleh manusia.

Islam, masih menurut Muhammadiyah adalah agama yang mampu mengentaskan kemiskinan, mengurangi kebodohan serta mewujudkan keadilan. Islam diciptakan oleh Allah untuk mengangkat harkat dan martabat kaum lemah dan tertindas. Setiap manusia membutuhkan kesehatan, pendidikan, perekonomian, kesejahteraan dan ketentraman, baik lahir maupun batin sehingga membutuhkan nilai syari'at untuk menjadi panduannya. Berdasarkan pola pemahaman seperti inilah, maka Muhammadiyah kemudian mampu mendirikan banyak Rumah Sakit, lembaga pendidikan, panti asuhan, pondok pesantren dan panti jompo yang bermanfaat bagi kemanusiaan.

Mulai berdiri sampai sekarang, Muhammadiyah telah mampu berperan aktif dalam menyelesaikan berbagai macam problem kemanusiaan, termasuk bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama, sehingga semakin besar namanya semakin meroket. Penghargaan yang setinggi-tingginya patut disematkan pada organisasi yang sudah berumur satu abad ini, karena berkat pengabdiannya, maka umat Islam Indonesia dapat lebih maju dan berperadaban.

Kini, Muhammadiyah menjelma menjadi kekuatan pembaharu terbesar di Indonesia, bahkan dunia. Anggotanya tidak hanya berdomisili di Indonesia teapi juga di Malaysia, Singapura dan Penang. Hal inilah yang kemudian menjadikan James L. Peacock sampai pada kesimpulan bahwa Muhammadiyah merupakan gerakan reformasi Islam yang terkuat di Asia Tenggara bahkan dunia.

Di balik keberhasilan Muhammadiyah dalam menerjemahkan nilai­-nilai syari'at ke dalam kehidupan praktis, organisasi ini sebenarnya mempunyai kendala serius ketika vis-a-vis dengan kebudayaan lokal Indonesia -terutama kebudayaan Jawa- yang sangat feodal dan sinkretis. Berbagai macam tradisi maupun budaya Jawa, secara sepintas banyak yang bertentangan dengan aqidah Islamiyah yang dibawa dan diperjuangkan oleh Muhammadiyah.

Padahal, salah satu tujuan didirikannya organisasi Muhammadiyah adalah untuk menghilangkan berbagai macam ritual keagamaan orang Indonesia yang masih berbau bid'ah, takhayul, khurafaf dan syirik, karena hat itu bertentangan dengan syari'at. Yang dimaksud dengan organisasi pembaharu adalah Muhammadiyah harus mampu memperbaharui pola pemahaman agama yang menafikan konteks duniawi dan bersifat non rasional dengan pola pemahaman Islam yang menggunakan logika dan membumi. Kemiskinan, kemelaratan, keterbelakangan dan ketertindasan disebabkan karena sebagian besar umat Islam tidak mampu menggunakan akalnya untuk menggali dan kemudian menerapkan nilai-­nilai syari'at ke dalam kehidupan nyata.

Selain itu pembaharuan juga berarti memperbaharui pola pemahaman umat Islam yang penuh dengan nuansa taklid. Sedangkan yang dimaksud dengan pemurnian adalah memurnikan Islam dari pengaruh bid'ah, khurafat, takhayul dan kesyirikan.l'fikad Muhammadiyah sebagai organisasi pembaharuan dan pemurnian Islam ini sebenarnya tidak terlepas dari konsepsi Islam dari pendirinya, yaitu KH. Ahmad Dahlan yang pernah menetap lama di Makkah sehingga sedikit banyak dipengaruhi oleh gerakan pembaharuan yang dikumandangkan oleh Muhammad ibn Abdul Wahab (gerakan Wahabi).

Proyek pembaharuan dan pemurnian Islam ini dalam perjalanannya harus berhadapan dengan tembok tebal kebudayaan masyarakat Indonesia - khususnya Jawa - yang masih berbau mistik dan takhayul. Kebudayaan Jawa, seperti mitoni, ruwatan, rasulan, selametan, larungan dan lain sebagainya adalah kebudayaan yang masih berbau takhayul, bid'ah dan khurafat, yang tentunya bertentangan dengan ajaran tauhid dalam Islam. Tidak gampang meruntuhkan kepercayaan masyarakat Jawa yang sudah mendarah daging tersebut sehingga dibutuhkan strategi jitu serta kemauan yang kuat dari kaum pembaharu.

Banyaknya tantangan yang dihadapi Organisasi Muhammadiyah baik akibat globalisasi maupun dari masyarakat sendiri, yang lambat laun semakin banyak. Maka hal ini menjadi pemicu gerakan Muhammadiyah mau tidak mau harus terus membentengi umat Islam dari hal-hal yang merusak akidah dan Kemurnian Islam sampai kapan pun. Oleh karena itu organisasi Muhammadiyah Harus tetap hidup dan tetap Eksis.

2. Muhammadiyah Sebagai Organisasi Sosial Keagamaan

Muhammadiyah menyelenggarakan aktifitas dalam bidang tabligh, pendidikan, ekonomi, dan juga politik. Dengan demikian, Muhammadiyah di kalangan luar dipandang sebagai organisasi keagamaan, organisasi sosial, organisasi pendidikan.

Begitu luasnya bidang garapan persyarikatan Muhammadiyah yaitu seluruh aspek kehidupan manusia yang berlandaskan ajaran Islam, maka dalam Muktamar Muhamadiyah ke-41 di Solo yang berlangsung dari tanggal 7-11 ditetapkanlah identitas Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar makmur nahi mungkar berakidah Islam dan bersumber kepada Al-Qur an dan sunnah.

Gerakan Islam yaitu gerakan yang kelahirannya diilhami dan disemangati oleh ajaran Al-Qur an dan seluruh geraknya tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prisnip-prinsip ajaran Islam. Jadi, segala apa yang dilakukan tidak lepas dari ajaran Islam. kelahiran Muhammadiyah juga sebagai reaksi terhadap kondisi kehidupan sosial bangsa dan sosial keagamaan kaum muslimin di Indonesia yang pada waktu itu meringkuk di bawah penjajahan kolonial Belanda dan penjajahan pemikiran yang ditandai dengan meraja lelanya perbuatan syirik, takhyul, bid’ah dan khurafat dan dhidup dalam kemiskinan, kemelaratan dan kebodohan.

Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah, artinya Muhammadiyah mengajak dan menyeru umat manusia kepada ajaran Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan nyata. Dakwah menurut K.H. Ahmad Dahlan adalah kewajiban setiap individu, karena dakwah merupakan tuntutan ajaran Islam. dalam pengertian rekonstruksi sosial meliputi seluruh aspek kehidupan, ekonomi, politik, sosial dan budaya. Di samping itu dakwah juga dalam pengertian pembebasan, yaitu membebaskan umat manusia dari berbagai belenggu penjajahan, penjajahan dari kekafiran, syirik, kebodohan dan kejumudan. Dakwah dalam pengertian ini juga merupakan hasil dari telaah dan pendalaman KHA. Dahlan terhadap firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104. Bahkan ayat ini merupakan khittah dan langkah strategis dasar perjuangannya, yaitu mengajak, menyeru kepada Islam dan mengajak kepada yang makruf dan mencegah perbuatan yang mungkar.

Oleh karena dakwah Muhammadiyah tidak saja dalam bentuk lisan, tulisan tetapi juga dalam bentuk dakwah bil hal (perbuatan), maka Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah, mulai dari taman-kanak sampai ke Perguruan Tinggi, mulai dari klinik dan rumah bersalin sampai mendirikan rumah sakit, mulai dari santunan fakir miskin dan anak yatim sampai mendirikan panti-panti asuhan. Semuanya itu adalah wujud dan manifestasi dari dakwah Islam dan juga berfungsi sebagai dakwah.

Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid atau gerakan reformasi, hal ini dibenarkan oleh Bernard Vlekke dan Wertheim misalnya, yang mengkategorikan Muhammadiyah sebagai gerakan puritan yang menjadikan fokus utamanya ”Pemurnian atau pembersihan ajaran-ajaran Islam dari sinkritisme dan belenggu formalisme. Membersihkan pengamalan umat dari syirik dan penyakit TBC (takhyul, bid’ah dan churafat). Di samping itu, Muhammadiyah juga melakukan pembaharuan, yaitu pembaharuan dalam pemahaman dan pengamalan Al-Qur an dan As-Sunnah. Pembaharuan yang dimaksud di sini bukan bukan memperbaharui substansi, tetapi memperbaharui metode pemahaman dan pengamalan, seperti penyantunan terhadap fakir miskin, anak yatim, cara pengelolaan zakat, pengelolaan pendidikan dan rumah sakit, dan lain sebagainya. Untuk membedakan antara keduanya, tajidid dalam pengertian pemurnian dapat disebut dengan purifikasi, dan tajdid dalam pengertian pembaharuan disebut dengan reformasi.

Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa tidaklah mengherankan apa yang dikemukakan oleh A. Mukti Ali bahwa Muhammadiyah adalah organisasi dzuwujuh (multi dimensi), karena kegiatan-kegiatan Muhammadiyah hampir meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.

Tambahan lagi karena pemikiran keagamaan dalam Muhammadiyah hanya berdasarkan dan berpegang teguh kepada Al-Qur an dan Sunnah sebagai sumber pokok. Muhammadiyah juga gigih mempertahankan bahwa pintu ijtihad masih tetap terbuka dan menolak ide tentang taklid, tetapi bukan pula berarti Muhammadiyah menolak mazhab. Bagi Muhammdiyah kebenaran dari fatwa, ide dan amalan pada prinsipnya didasarkan pada Al-Qur an dan Sunnah.

Amal usaha Muhammadiyah bidang sosial dan ekonomi terlihat melalui data berikut :
1. Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Poliklinik 312 buah
2. Panti Asuhan dan Santunan 240 buah
3. Bank Perkreditan Rakyat 19 buah
4. Baitut Tamwil Muhammadiyah (BMT) 190 buah
5. Koperasi Warga Muhammadiyah 808.buah
BUMM berupa PT 19 buah
- Jumlah 1579 buah

Dari data di atas agak sulit juga membayangkan, begitu hebatnya tantangan yang dihadapi oleh Muhammadiyah, namun dia masih tetap melaksanakan missinya. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh data kuantitatif, berupa amal usaha Muhammadiyah seperti mendirikan panti asuhan, rumah sakit, balai kesehatan dan poliklinik, bank perkreditan rakyat, Baituttamwil Muhammadiyah, koperasi dan dan perusahan-perusahan terbatas (PT) yang bernaung di bawah Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM).

Muhammadiyah sampai saat sekarang masih tetap eksis dan tetap berkembang. Di antara faktor penyebab Muhammadiyah masih tetap berkembang adalah karena ciri dan sifat Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi mungkar dan tajdid.



3. Amal Usaha Muhammadiyah Bidang Pendidikan

Bila diperhatikan secara umum, menurut Ramayulis dan Samsul Nizar, hampir seluruh pemikiran Dahlan tentang pendidikan berangkat dari keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan. Kondisi ini sangat merugikan bangsa Indonesia. Latar belakang situasi dan kondisi tersebut telah mengilhami munculnya ide pembaharuan Dahlan. Ide ini sesungguhnya telah muncul sejak kunjungannya pertama ke Mekkah. Kemudian ide itu lebih dimantapkan setelah kunjungannya yang kedua. Hal ini berarti, bahwa kedua kunjungannya merupakan proses awal terjadinya kontak intelektualnya baik secara langsung maupun tak langsung dengan ide-ide pembaharuan yang terjadi di Timur Tengah pada awal abad XX.

Secara global, ide-ide pembaharuan Ahmad Dahlan dapat diklasifikasikan kepada dua dimensi, yaitu; Pertama, berupaya memurnikan (purifikasi) ajaran Islam dari khurafat, tahayul, dan bid’ah yang selama ini telah bercampur dalam akidah dan ibadah umat Islam.

Kedua, mengajak umat Islam untuk keluar dari jaring pemikiran tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin Islam dalam rumusan dan penjelasan yang dapat diterima oleh rasio.

Pendidikan Upaya Strategis

Ide-ide pembaharuan tersebut hanya dapat dilaksanakan melalui pendidikan. Menurut Ahmad Dahlan pendidikan juga merupakan upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola berpikir yang statis menuju pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan umat. Mereka hendaknya didik agar cerdas, kritis, dan memiliki daya analisis yang tajam dalam memetakan dinamika kehidupan pada masa depan. Adapun kunci untuk meningkatkan kemajukan umat Islam adalah kembali kepada al-Qur`an dan hadis, mengarahkan umat pada pemahaman ajaran Islam secara komprehensif, dan menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Upaya ini secara strategis dapat dilakukan melalui pendidikan.

Pendidikan yang dimaksud oleh K.H. Ahmad Dahlan adalah pendidikan yang berorientasi pada pendidikan moderen, yaitu dengan menggunakan sistem klasikal. Apa yang dilakukannya merupakan sesuatu yang masih cukup langka dilakukan oleh lembaga pendidikan Islam pada waktu itu. Di sini, ia menggabungkan sistem pendidikan Belanda dengan sistem pendidikan tradisonal secara integral.

Di sekolah inilah pendidikan agama diberikan oleh Ahmad Dahlan disamping pengetahuan umum diajarkan oleh salah seorang anggota Budi Utomo yang juga menjadi guru di sekolah pemerintah. . Kemudian, setelah Muhammadiyah berdiri tahun 1912 madrasah tersebut resmi menjadi amal usaha Muhammadiyah.


Tujuan Pendidikan

Mengenai tujuan pendidikan menurut Ahmad Dahlan hendaknya didasarkan pada landasan yang kokoh yaitu Al-Qur an dan Sunnah. Landasan ini merupakan kerangka filosofis bagi merumuskan konsep dan tujuan ideal pendidikan Islam, baik secara vertikal (khaliq) maupun horizontal (makhluk). Dalam pandangan Islam, paling tidak ada dua sisi tugas penciptaan manusia, yaitusebagai `abd Allah dan khalifah fi al-ardh. Dalam proses kejadiannya, manusia diberikan Allah al-ruh dan al-`aql. Untuk itu, media yang dapat mengembangkan potensi al-ruh untuk menalar penunjuk pelaksanaan ketundukan dan kepatuhan manusia kepada Khaliqnya.

Untuk tercapainya tujuan pendidikan Islam, maka materi pendidikan menurut Dahlan, adalah pengajaran al-Qur`an dan Hadis, membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi dan menggambar. Materi al-Qur`an dan Hadis meliputi; ibadah, persamaan derajat, fungsi perbuatan manusia dalam menentukan nasibnya, musyawarah, pembuktian kebenaran al-Qur`an dan Hadis menurut akal, kerjasama antara agama-kebudayaan-kemajuan peradaban, hukum kausalitas perubahan, nafsu dan kehendak, demokratisasi dan liberalisasi, kemerdekaan berpikir, dinamika kehidupan dan peranan manusia di dalamnya, dan akhlak (budi pekerti).

Menurut Dahlan pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, ’alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Hal ini berarti bahwa pendidikan Islam merupakan upaya pembinaan pribadi muslim sejati yang bertaqwa, baik sebagai ’abd maupun khalifah fi al-ardh.

Untuk mencapai tujuan ini, proses pendidikan Islam hendaknya mengakomodasi berbagai ilmu pengetahuan, baik umum maupun agama, untuk mempertajam daya intelektualitas dan memperkokoh spritualitas peserta didik. Menurur Dahlan, upaya ini akan terealisasi manakala proses pendidikan bersifat integral. Proses pendidikan yang demikan pada gilirannya akan mampu menghasilkan alumni ”intelektual ulama” yang berkualitas.

Ada beberapa hal yang menarik, Ahmad dahlan telah menetapkan materi pendidikan berdasarkan kondisi sosial dan kebutuhan masyarakat. Dalam istilah yang populer berdasar kepada kajian lapangan, dan tampaknya konsep inilah yang sekarang disebut dengan analisa SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman).

Metode Pengelolaan

Mengenai teknik pengelolaan Ahmad Dahlan menginginkan pengelolaan pendidikan Islam secara modern dan profesional, sehingga pendidikan yang dilaksanakan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik menghadapi dinamika zamannya. Untuk itu, pendidikan Islam perlu membuka diri, inovatif, dan progresif.
Adapun pembaharuan pendidikan bidang teknik penyelenggaraan, yang dilakukan meliputi metode, alat dan sarana pengajaran, organisasi sekolah serta sistem evaluasi. Bentuk pembaharuan teknis ini diambil dari sestem pendidikan moderen yaitu mengelola pendidikan dengan berdasarkan ukuran-ukuran ilmiah dan rasional serta menjauhkan diri dari pengaruh tradisi yang tidak menguntungkan seperti memadukan pendidikan agama dan pendidikan umum..

Dari perpaduan ini, maka pendidikan Muhammadiyah.memperoleh hasil yang berlipat ganda. Pertama, menambah kesadaran nasional bangsa Indonesia melalui ajaran Islam; Kedua, melalui sekolah Muhammadiyah, ide pembaharuan bisa disebarkan secara luas; ketiga, mempromosikan ilmu pengetahuan praktis dari pengetahuan moderen.

Dari sumber-sumber di atas, nyatalah bahwa Ahmad Dahlan benar-benar seorang pemikir dan pembaharu dalam dunia pendidikan. Pemikiran-pemikirannya tentang pendidikan telah menjangkau pola pemikiran moderen sekarang ini.

Misalnya dalam pelaksanaan pendidikan yang terkait dengan penyempurnaan kurikulum, Ahmad Dahlan telah memasukkan materi pendidikan agama dan umum secara integratif kepada lembaga pendidikan sekolah yang dipimpinnya, kemudian memperkokoh kepribadian intelek ulama.

Hal ini sesuai dengan pola pengembangan pendidikan mutakhir yang meletakkan tiga validitas. Menurut Ahmad Watik Pratiknya, pertama validitas luar, yaitu sejaumana produk yang dihasilkan memenuhi kebutuhan pangsa pasar, kedua, validitas dalam yang menyangkut dengan proses pembelajaran yang berkaitan dengan penyempurnaan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, ketiga, pembentukan kepribadian yang kokoh yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan ajaran Islam.

Pada masa orde baru, amal usaha Muhammadiyah bidang sosial dan ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Poliklinik 312 buah

2. Panti Asuhan dan Santunan 240 buah

3. Bank Perkreditan Rakyat 19 buah

4. Baitut Tamwil Muhammadiyah (BMT) 190 buah

5. Koperasi Warga Muhammadiyah 808.buah

6. BUMM berupa PT 19 buah

Jumlah 1579 buah

Pada masa Orde Baru sampai sekarang, Amal Usaha bidang pendidikan belum termasuk pendidikan Taman-Kanak adalah sebagai berikut :

1. Sekolah Dasar (SD) 1132 buah

2. Madrasah Ibtidaiyah/Diniyah 1769 buah

3. Sekolah Menengah Pertama (SM 1184 buah

4. Madrasah Tsanawiyah 534 buah

5. Sekolah Menengah Atas (SMA) 511 buah

6. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 263 buah

7. Madrasah Aliyah (MA) 172 buah

8. Pondok Pesantren 67 buah

9. Akademi 55 buah

10. Politeknik 4 buah

11. Sekolah Tinggi 70 buah

12. Universitas 36.buah

Jumlah 5757 buah

Jumlah keseluruhan amal usaha Muhammadiyah bidang pendidikan dan sosial ekonomi adalah 5757 ditambah 1579 hasilmya 7336 buah

Dari data di atas terlihat secara kuantitatif Muhammadiyah memiliki ribuan amal usaha dalam berbagai aspek kehidupan, sosial, pendidikan dan ekonomi, dan dinilai sebagai organisasi yang terbanyak amal usahanya. Dan dapat pula diketahui bahwa gerakan Muhammadiyah di masa kemerdekaan sudah barang tidak luput pula dari segala tantangan rintangan masih dapat juga melaksanakan misinya sesuai dengan dan cita-cita pendirinya.

Begitu banyaknya amal usaha Muhamadiyah, namun, bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang pada saat ini lebih dari 210 juta, maka amal usaha Muhammadiyah mungkin belum menyentuh kebutuhan mayoritas penduduk Indonesia apalagi yang berada di akar rumput dan yang berada di bawah garis kemiskinan.

Oleh karena itu tugas Muhammadiyah masih banyak dan perjalanan masih panjang untuk menjalankan amal usaha nya terus menerus guna mencapai tujuannya yang tak lekang oleh zaman. Tak heran maka keberadaan organisasi Muhammadiyah tetap eksis sampai sekarang dan bahkan di masa yang akan datang




BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Muhammadiyah yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan sebenarnya merupakan hasil telaah dan pemahaman beliau terhadap ajaran Islam setelah belajar agama Islam di Mekkah, dan juga sebagai reaksi terhadap kondisi kehidupan sosial bangsa dan sosial keagamaan kaum muslimin di Indonesia yang pada waktu itu meringkuk di bawah penjajahan kolonial Belanda dan penjajahan pemikiran yang ditandai dengan merajalelanya perbuatan syirik, takhyul, bid’ah dan khurafat dan dhidup dalam kemiskinan, kemelaratan dan kebodohan.

Perkembangan amal usaha Muhammadiyah bidang sosial antara lain, mendirikan panti asuhan dan asuhan keluarga, mendirikan poliklinik, balai kesehatan dan rumah sakit. Bidang ekonomi, Muhammadiyah mendirikan Baituttamwil, koperasi, perusahan-perusahan terbatas (PT) dan di bidang ibadah, Muhammdiyah mendirikan mesjid dan mushalla.

Guna meningkatkan ilmu pengetahuan, kesadaran berbangsa dan bernegara dan beragama Ahmad Dahlan mendirikan madrasah Ibtidaiyah yang dikelolanya secara moderen yaitu dengan mengintegrasikan pendidikan agama dan umum yang pada waktu itu, dunia pendidikan ditandai dengan sistem dikotomis, yaitu memisahkan pendidikan agama dengan pendidikan umum. Demikian pula pengelolaannya yang dilaksanakan secara profesional dan moderen.

Apa yang dilakukan oleh Muhammdiyah dengan ribuan amal usahanya adalah sangat bermanfaat dan merupakan kontribusi Muhammadiyah terhadap bangsa dan agama. Sehingga hal inilah yang mengakibatkan Organisasi Muhammadiyah tetap eksis sampai sekarang.bahkan di masa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

http://lppbi-fiba.blogspot.com/2009/03/muhammadiyah-organisasi-sosial.html
http://muhammadiyahstudies.blogspot.com/2011_10_01_archive.html
http://maarifinstitute.org/id/opini/29/muhammadiyah-menjemput-perubahan-zaman#.VIb0YMk9x0t http://risazcollegemetro.weebly.com/karya-ilmiah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar